Oleh : Kaka Suminta
Sering kali klien hadir dengan perasaan seolah-olah, persoalannya memang berbeda dari orang lain dan lebih berat dari persoalan orang lain, sampai-sampai seolah tak ada lagi kemamp[uan klien untuk lepas dari masalahnya, biasanya kondisi ini dideritak klien secara psikologis, walau tak jarang juga berjalin dengan masalah fisik yang diderita.
Memnghadapi klondisi umum seperti ini perlu pemahaman terapis yang diedukasi kepada klien, agar ia lebih dapat melihat persoalannya secara proporsional, sehingga secara rasional mampu untuk menghadapi dan mengatasi masalahnya secara baik. Karena jika klien berada dalam tekanan dan bahkan menganggap bahwa tak ada jaklan keluar dari masalahnya, maka sulit baginya untuk dapat mengatasi masalahnya, bahkan untuk mengidentifikasi masalah yang dideritanya saja ia tak mampu, dan akan kehabisan energi untuk menghadapi masalahnya tersebut.
Salah satu penyebab dari hakl tersebut adalah kerena demikian melakatnya klien dengan masalah yang dihadapinya. Sedemikian melekat, sehingga seolah olah masalah atau derita yang dihadapinya merupakan bagian dari dirinya, dan lema kelamaan bahkan diri si klien identik dengan masalanya. Misalnya seringkali orang mengatakan “saya orangnya cemasan”, maka sah saja kalau kemudian ia dan lingkumnganya memberikan cap siceas, atau si penakut atau sejenisnya.
Salah satu cara yang bisa digunakan terapis terhadap masalah ini adalah dengan memberikan jarak antara klien dengan masalahnya, misalnya dengan menanyakan sejak kapan ia merasa cemas. Dari jawaban klien, misalnya menyebutkan sejak dua tahun lalu, kita dapat memparafrasakan dengan, jika kecemasanya muncukl sejak dua tahun lalu, artinya tiga tahun lalu ia tak memiliki gangguan perasaan cemas seperti sekarang. Dengan mengkalrifikasi seperti ini, maka klien akan merasa berjarak, karena ia bukan si cemas, setidaknya tiga tahun lalu atau sebelumnya.
Dengan mengekternalisasi masalah atau gangguan, maka klien akan dapat melihat dan mengidentifikasi masal;ah dengan lebih jernih, sehingga lebih mudah pula menyimpulkan dan merumuskan jalabn keluarnya. Dengan kondisi klien yang lebih jernih melihat masalah, maka terapis bisa melanjutkan dengan identifikasi keunggulan pasien yang bisa digunakan untuk menghadapi masalahnya, misalnya dengan memperhatikan resp[on klien menanggapi pertanyaan seputar masalahnya.
Jika pembukaan diskusi dengan klien sudah dapat menghasilkan pemahaman yang baik kepada klien, maka dengan teknik hipnoterapi, terapuis dapat menginternalisasikan model yang akan digunakan bersama, selama sesi terapi yang disepakati, sehingga lebih mengefektifkan waktu dan energi dalam membantu klien mengatasi masalahnya.