Sudah lama ingin menyapa pembaca GriyaTerapi, khususnya terkait dengan pandemik Covid-19 yang sedang merebak di Indonesia dan berbagai belahan dunia. Indonesia tak terkecuali menjadi negara yang terdampak dan bukan hanya soal kesehatan yang menjadi isu dalam pandemik ini, tetapi juga ada isu soal sosial, ekonomi bahkan politik. Di Amerika Serika (AS) bahkan isu rasial merebak di tengah berkecamuknya pandemik ini. Bagaimana GriyaTerapi memandang ini? Berikut Jawbannya.
Soal Pandemik Covid-19 kita ketahui bersama berasal dari kota Wuhan Provinsi Hubei, Cina, yang merebak di akhir tahun 2019, maka angka 19 melekat pada penyakit yang dinyatakan oleh Badan kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemik. Covid-19 sendiri merupakan nama penyakitnya berasal dari singkatan corona virus diseas, artinya penyakit yang diakibatkan oleh virus korona, dengan angka 19 sebagaimana yang dijelaskan di atas.
Kita lewati soal pembahasan detail tentang virus korona dengan penyakit Covid-19 nya, dan kita fokus pada apa yang sebenarnya terjadi dengan penyebaran virus ini, yang dalam pembahasan kita menjadi melebar ke isu selain soal penyakitnya sendiri. Banyaknya tingkat kematian yang terjadi di Indonesia dibandingkan dengan jumlah orang yang terinfeksi sebagaimana yang setiap hari dilaporkan tim dari pemerintah menarik untuk dibahas dari sisi terapi, salah atau dugaan kita salah bahwa faktor psikologis juga berperan dalam hal ini.
Perbandingan antara angka kematian dengan angka positif terinfeksi, secara akumulasi adalah sebesar 39.294 kasus, dengan angka kematian sebesar 2.198 (sember : worldmeter.info), atau tingkat kematian adalah 5.59 % dari angka positif terinfeksi, angka ini relatif lebih baik dibandingkan dengan angka pada awal pandemik yang mencapai 10%, sementara itu angka di dunia adalah 5,44 % . Walaupun angka resmi pemerintah ini banyak mendapat sanggahan karena dinilai tidak menggambarkan angka yang sebenarnya, karena kecilnya angka sampel yang dites hanya sebesar 1.930 per sejuta penduduk, dibandingkan negara-negara lain yang mencapai ratusan ribu sampel per sejuta penduduk, untuk melacak Covid-19.
Secara ilmiah belum ada data tentang hubungan antara jumlah orang yang sakit karena terinfeksi covid-19 dan tingkat penderitaannya, serta kemungkinannya mengalami kematian. Namun dapat kita liga sepintas lalu bahwa di awal merebaknya pandemik ini di beberapa negara, nampak jumlah orang yang sakit parah dan jumlah yang meninggal sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah yang terinfeksi. Sebelum ada penelitian yang lebih akurat, maka kita bisa membuat asumsi, bahwa ramainya pemberitaan yang menimbulkan kekhawatiran bisa menimbulkan tekanan psikologis bagi penderitanya, sehingga bisa terjadi auto suggestion yang membuat semakin menderita dan potensi kematian yang lebih tinggi di awal pandemik.
Kita ambil contoh di wilayah Jakarta misalnya, di awal Gubernur DKI Jakarta, Annies Baswedan pernah mengeluhkan tingginya tingkat kematian warganya yang dimakamkan dengan protokol covid-19, sehingga menimbulkan polemik di bulan April lalu. Tapi saat ini kita bisa melihat bahwa tingkat kematian seperti yang disampaikan Annies tadi sudah jauh menurun. Bahkan fenomena “lebaran” yang membuat banyak orang berkumpul sekitar akhir Mei lalu, tidak meningkatkan jumlah kematian di Jakarta. Sementara itu di luar Jakarta dan Pulau Jawa fenomena seperti Jakarta di awal pandemik nampak hadir, sebuah pola yang disebut daerah pandemik baru.
Jika benar asumsi kita bahwa tingkat kekhawatiran akibat serangan wabah yang baru merebak, dengan peningkatan angka-angka positif yang sedang menanjak membuat kepanikan publik dan tentu individu menjadi stresor api sekelompok orang, maka kita bisa mengasumsikan juga bahwa pandemik ini bisa dicegah secara psikologis, karena tingkat penderitaan dan potensi kematiannya berkorelasi dengan tingkat kekhawatiran yang melanda orang atau sebuah komunitas.
Sebagai sebuah diskusi dengan basis terapi, maka rasa cemas atau khawatir tadi memang sudah kita ketahui dapat menurunkan daya tahan tubuh dan kemampuan menghadapi penyakit, seperti serangan COVID-19 Yang masih melanda Indonesia. Demikian juga bagaimana cara untuk mengatasinya bisa dicari di beberapa bahasan di situs ini seperti Hipnotis dan Pikiran Metoe Terapi 123 Dan berbagai artikel di Web ini . Dengan demikian maka kita bisa mencoba menggunakan cara kerja pikiran kita sendiri untuk mengatasi rasa cemas yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan sekaligus menanggulangi Pendemik ini, selain berbagai upaya yang dilakukan selama ini.