Salah satu kesimpulan tentang ketidak pahaman soal hipnosis akibat media sendiri yang lebih memberikan ruang pada pemeberitaan yang sensasional tentang hopnosis, yang dalam pemahaman umum biasa disebut jipnotis. Dua pemberitaan yang sering disampaikan media adalah soal kejahatan hipnotis dan pertunjukan hipnotis, padahal hipnotis adalah fenomena kesadaran yang bukan sekadar pertunjukan hipnotis atau fenomena kejahatan yang menggunakan fenomena ini.
Beberapa survey tentang kegunaan hipnosis dan implementasinya misalnya sangat jarang tersampaikan dengan baik, sehingga publik melihat hipnotis seperti diselimuti oleh kabut misteri dan tak adapat menggunakan fenomena hipnotis secara maksimal. Beberapa riset tentang penggunaan hipnotis sebagai ajunk atau pelengkap dalam sebuah penyelesaian masalah seperti penurunan berat badan, membantu pembedahan, menghentikan kecanduan rokok dan penanganan stress terbukti mampu menjadi alat yang efektif untuk masalah-masalah tadi.
Irving Kirsch, dosen dan dierektur program pada Placebo Studies di Harvard Medical School, membuktikan hal tersebut, menurutnya dengan bantuan hionosis, penanganan masalah menurunana berat badan dengan metode CBT, sebuah terapi dengan basis kognisi dan perilaku mampu menjadikan terapi lebih efektif.
Sebenarnya cukup lama Asosiasi Psikologi Amreika (APA) mengakui keberadaan hipnoterapi, yakni sebagai divisi ke 39 dalam metode penggunaan teknik di lingkungan APA, namun untuk menjadikannya sebagai sebuah metode yang efektif dan diakui publik di Indonesia memerlukan kerja keras dari para ahli dan praktisinya agar mampu memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat umum.