Ketidaksadaran dan Struktur Bahasa, dalam Teori dan Praktek Lacanian

Oleh : Kaka Suminta

jacque Lacan

Ada banyak interpretasi terhadap teori psikoanalisa Freud dalam teori dan penerapan praktis sebagai sebuah analisa maupun kemanfaatan klinikal. Dari sekian banyak pengembangan yang dilakukan oleh penerus maupun mereka yang merevisi teori psikoanalisa  Sigmund Freud, Lacan adalah salah satu yang sangat dominan memengaruhi penggunaan praktis psikoanalisa, dengan basis teori tentang hubungan ketidak sadaran dan struktur bahasa. Melalui basis teori dan penggunaan praktisnya, Lacan menghubungkan dua ranah tadi, untuk lebih mengimplementasikan psikoanalisa.

Sebagaimana kita ketahui, psikoanalisa Freud dituangkan dalam ceramahnya di ruang kuliah dan di diskusi publik, sebagian bisa kita baca dari karya dibukukan dan menjadi bacaan klasik, di antaranya adalah; Pengantar Umum Teori Psikoanalisa, Interpretasi Mimpi, Patologi dalam kehidupan Sehari-hari dan Ketidaksadaran dalam Joke. Membaca Lacan seolah kita kembali pada teori Freud melalui buku-bukunya tadi, sehingga saat Lacan memproklamirkan manifesto “Kembali kepada Freud, artinya Lacan mengesampingkan para kritikus dan mereka yang merevisi teori Freud, alih-alih menguatkan fondasi yang dibangun Freud dengan memberi signifikansi dan aplikasi, atas hubungan antara ketidaksadaran dan struktur bahasa, yang bisa dianalisa sekaligus memberi jawaban atas masalah psikologi seseorang.

Penggunaan praktis dan kemudahan untuk memahami dan menerapkannya inilah yang membuat saya menyukai teori Lacan, tanpa mengesampingkan karya para penerus Freud lainnya. Dalam analisa Lacan kita bisa mengeksplorasi basis teori sekaligus menerapkanya dalam kasus-kasus nyata, setidaknya untuk ,memahami sebuah fenomena dalam kepribadian dan kehidupan seseorang bahkan manusia sebagai sebuah komunitas sebagai analisa psikososial. Walau cukup piawai dalam aplikasi praktis di satu sisi, Lacan juga tetap bisa menghubungkannya dengan teori klasik Sigmun Freud di sisi lain, setidaknya melalui buku-buku yang saya sebut kan dia atas, tiga buku terakhir yang saya sebut tersebut, benar-benar dieklporasi Lacan untuk memperkuat basis teori yangdikembangkannya.

Meskipun tak bermaksud membahas biografi Jacques Lacan, namun sekelumit kehidupannya perlu kita singgung di sini untuk lebih mengenal sang tokoh. Dari namanya kita bisa menduga kalau ia berasal dari Prancis. Pria yang hidup pada abad duapuluh itu (1901-1981) sering disebut Freud dari Prancis, karena ia seolah duplikat dari Sigmund Freud penemu dan pendiri Psikoanalisa, dengan latar pendidikan psikiatri, Lacan telah memperlihatkan minat dan kepiawaiannya dalam bidangnya. Pengenalannya dengan psikoanalisa yang saat itu berkembang, memperteguh bakatnya sebagai penerus Freud.

Sebagaimana Psikoanalisa dan Freud sendiri. Lacan juga memiliki berbagai dimensi karakteristik keilmuan dan kiprahnya di dunia sain modern. Keberadaanya di tengah pergulatan pemikiran-pemikiran besar pada jamannya, maka jejak Lacan dapat kita telusuri bukan hanya dalam dunia psikiatri dan psikologi, tetapi menembut batas sampai pada induk ilmu pengetahuan yakni filosofi. Filosofi Lacan mengupas tentang keberadaan manusia sebagai mahluk berpikir dan keberadaan orang lain serta lingkungannya, segaligus mahluk yang berada dalam dimensi ruang dan waktu. Ini dapat kita temui dari pembahasan soal Lacan yang dihubungkan dengan etika Khantian, yakni dasar filsafat epistemoligi yang dibangun Immanuel Khan. Sebagaimana para ilmuwan lainnya yang mengalami pergulatan dalam perang dunia ke dua, Lacan sempat terhenti langkahnya karena kondisi perang, salah satu yang terhenti adalah pelatihan dan kuliah aplikasi klinis psikoanalisa, tetapi sebagai ilmuwan Lacan masih produktif di masa pemulihan Eropa dan Amerika pascaperang.

Dari pelatihan klinis  psikoanalisa, kita bisa melihat benang merah toeri dan aplikasi klinis Lacan melalui salah satu bukunya yang membahas tentang ketidaksadaran yang menurutnya memiliki struktur yang sama dengan struktur bahasa. Seakan melalui buku ini, Lacan ingin menegaskan landasan teori Freud dalam basis teori dan aplikasi klinis. Beruntung sampai saat ini penerus Jacque lacan masih menggunakan basis pemikiran Lacan dalam ruang kuliah sampai pelatihan aplikasi klinis, walaupun memiliki bernagai perbedaan di antara penerus Lacan,namun kita masih menemukan benang merahnya, sehingga kita seolah dapat melihat perkembangan dan aplikasi teori Freud sampai saat ini.

Salah satu yang pelatihan yang masih dilakukan hingga kini adalah yang dilakukan DR Derek Hook. Melalui pelatihan  yang juga diberi tagline “return to Freud”, seakan ingin mengaskan pentingnya kembali kepada basis teori Freud tantang Psikolanalisa, yang pada dasarnya memberi penegasan tentang entitas id, ego dan super ego, serta ketidaksadaran, yang merupakan hasil dari proses pembelajaran sejak bayi mulai mengalami “sensasi”. Dari proses tadi maka seorang anak manusia tumbuh dan berkembang mengalami berbagai trauma dan penguatan, beberapa diantaranya direpresi di wilayah bawah sadar (unconcous). Nah wilayah bawah sadar inilah yang kemudian oleh Lacan dianggap memiliki struktur yang sama dengan struktur bahasa. Karena bahasa sebagai alat komunikasi, maka ketidak sadaran juga merupakan pola komunikasi, yakni komunikasi dengan dirinya (orang pertama), orang lain dan lingkungannya.

Dengan demikian kenormalan dan ketidak normalan bisa dipahami dari struktur bahasa seseorang, dan untuk lingkup sosial, bisa dilihat dari struktur bahasa yang dugunakan oleh sebuah kelompok sosial tersebut. Penggunaan contoh pelatihan Lacanian sebagai acuan adalah untuk dapat menelusuri pemikiran Lacan dan perkembangnanya samapai saat ini, sehingga kita bisa menemukan bahwa salah satu dasar pemikiran Lacan adalah kembali ke Freud, misalnya dengan pengenalan periode mirror stage yang dimulai saat bayi melakukan penggambaran dirinya dengan bercermin pada lingkungan keluarga, dengan ayah dan ibunya sejak dini,  dan melahirkan identifikasi ego, yang  ditutup dengan pemahaman soal pemikiran Lacan tentang bagaimana basis teori dan pemikiranya bisa diaplikasikan secara langsung dalam “dunia nyata” dari mulai aplikasi klinis sampai penggunaanya dalam analisa psikososial.

Ruang diskusi ini tentu akan tersita jika kita membicarakan semua hal ikhwal tentang penerus Sigmund Freud yang mengajak kita kembali pada teori murni Freud, yang dalam masa kehidupan Lacan mengalami serangan hebat justru dari para pengikut dan koleganya sendiri. Kita bisa lihat bagaimana pengikut setia Freud Karl Gustaf Jung yang sempat dinobatkan oleh Freud sendiri untuk menjadi pimpinan tertinggi Organisasi Psikoanalisa Dunia, namun kemudian berbeda pendapat, bahkan menentang sebgian basis teori yang dibangun Freud. Nampaknya Lacan mencoba untuk mengembalikan marwah psikoanalisa klasi Freud bukan sekadar dari basis teori tetapi juga melalui aplikasi praktisnya. Melaui diskusi ini, saya berharap kita bisa mengupas peran Lacan dalam dunia psikoanalisa, sebagai bagian dari pengembangan psikoanalisa di tanah air. Mengingat pemehaman saya yang terbatas, tanggapan kawan-kawan di grup ini akan memperkaya diskusi kita, dan saya uvapkan terimaksaih kepada admin grup yang telah memberikan kesempatan yang sangat berharga ini.

Tabik

Referensi :

Lacan, J. (2006). The mirror-stage as formative of the I function as revealed in psychoanalytic experience. In B. Fink (Trans.), Écrits. (pp 75-81). New York & London: W.W Norton.

Freud Sigmund, (2009). Psikoanalisis Sigmund Freud  (sebuah pengantar), terjemahan . Yogyakarta Ikon. Teralitera , 2002.

Dari berbagai sumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *