Oleh : Kaka Suminta
Psikoanalisis lahir dari proses panjang pencarian, dan seperti dibiarkan mengalami perubahan dalam pengembangannya, sedemikian rupa, sehingga Nampak ada kontradiksi dalam perkembangan tersebut. Hal ini tidak lepas dari dasar pemikiran Sigmund Freud sang penemu Psikoanalisis sendiri. Ia membiarkan berbagai temuan yang bisa saja berbeda dengan temuan awal psikoanalissi, misalnya di awal perkembangannya Freud bersama Bruer menyebutkan adanya katarsis, dengan bantuan hypnosis, namun pada perkembangan selanjutnya metode katarsis tadi malah melepaskan hypnosis dari proses terapinya. Satu hal yang tidak berubaha adalah kejujuran dan kegairahan untuk menemukan, termasuk jujur untuk mengakui adalnya koreksi terhadap temuan sebelumnya.
Konsekwensi dari kejujuran dan kerebukaan terhadap perkembangan psikoanalisi adalah luasnya bidang kajian psikoanalisis yang dikembangankan oleh para murid Freud sendiri, seperti, psikologi ego yang dikembangkan Karl Gustav Jung, yang kemudian juastru tidak diakui oleh Freud sebagai bagian dari psikoanalisis. Beberapa murid Freud lainnya juga mengembangkan berbagai teori baru terhada psikoanalisis, ada yang sejak awal tak disetujui oleh Freud, ada juga yang pada awalnya Freud terkesan membiarkan, bahkan menyetujui, tapi kemudian dianggap tak seseuai dengan psikoanalisis. Dalam hal tertentu Freud tetap membiarkan perkembangan atau temuan di sekitar psikoanalisis ditemukan dan dikembangkan, dan tetap dianggap sebagai bagian dari teori psikoanalisis.
Sampai kini pun pengembangan psikoanalisis terus terjadi, namun tentu saja tak ada teguran persetujuan atau ketidak setujuan dari Freud, karena sang penemu telah tiada. Tetapi setidaknya kita masih bisa mencari benang merahnya, dengan sebuah jalur kegairahan untuk menemukan dan kejujuran, sebagai tolok ukur apapun perkembangan yang mengikuti keberadaan psikoanalisis. Sejak jaman Freud masih ada, sebenarnay upaya untuk menjaga psikoanalisis. Di awal perkembangan psikonalaisis dibentuk koite raharia, yang fungsinya memeliharan dan mengembangkan psikoanalisis, termasuk membuat penerbitan psikoanalisis masa itu, perkembangan di komite khusus sendiri sangat dinamis, sebagian besar masalah terjadi akibat kesalahpahaman tentang psikoanalisis, bahkan di lingkungan awal perkembangan psikoanalisis. Kata kunci untuk hal itu adalah analisa diri, yang merupakan kewajiban psikoanalis yang kadang diabaikan oleh mereka yang kemudian menjauh dari garis psikoanalisis.
Dengan demikian kesalahpahaman terhadap psikoanalisis bukan hanya dari luar lingkungan psikoanalisis, bahkan kita lebih bisa mengungkapkannya dati lingkungan psikoanalisis sendiri, sebagaimana yang diungkapkan di atas. Sementara itu Freud sendiri menyebutkan psikoanalisis bukan merupakan bagian dari psikologi pada umumnya, karena memang metode dan pikiran dasar psikologi pada umumnya berbeda dengan apa yang dipahami dalam psikoanalisis. Beberapa mazhab psikologi di luar psikoanalisis yang berkembang seperti fenomenologi dan psikologi kognitif dan behavioural, yang sebagian menyatakan bahwa proses mentak dilakukan dalam kondisi sadar atau menggunakan kognisi, sementara itu bagi Freud, perilaku seseorang justru dipengaruhi secara kuat oleh ketidaksadarannya.
Dengan demikian kesalahpahaman banyak pihak terhadap psikoanalisis bersumber pada metode psikoanalisis, yakni analisa diri, karena dengan analisa diri inilah didirikan diagnose, dan temuan-temuan psotulat psikoanalisis, sesuatu yang tidak mudah dipahami oleh mereka yang tidak memahami secara itu apa itu analisa diri dan bagaiamana hal itu menjadi metode dan teori dari psikoanalisis. Jadi taka da jalan pintas bagi seorang psikoanalis untuk memahami dan mengembangkan psikoanalisis selain melakukan analisa diri, untuk mengalami sekaligus meninternalisiasi psikoanalisis dalam diri dan pengetahuannya.