Psikologi Digital

Beberapa waktu lalu, seorang aparatur negara dengan pangkat perwira menengan mengajak diskusi, dan salah satu pertanyaanya adalah, “Apakah teknologi digital mampu menggambarkan ciri kepribadian seseorang?’, soalnya kemungkinan besar negara akan menggunakan perangkat digital untuk “memindai” keribadian seseorang, dan untuk tahap awal akan dilakukan khusus untuk rekrutmen para calon aparatur negara, sehingga dengan pemindai psikologi digital itu akan dapat digambarkan ciri kepribadian seseorang.

Mendengar pertanyaan itu, tentu saja saya sulit memberikan jawaban yang cukup memuaskan, mengingat banyak sekali ruang kosong untuk dapat menjawab dengan pemahaman minimal sekalipun, seperti tidak adanya informasi tentang perangkat seperti apa yang akan digunakan untuk memindai kepribadian seseorang, atau dengan metode psikolog seperti apa yang menjadi acuan untuk memindai kepribadian tadi, karena begitu luasnya pemahaman psikologi kepribadian, bahkan psikologi secara keseluruhan, dan antar psikolog memiliki pemahaman dan perbedaan yang bahkan bisa sangat bertolak belakang.

Tidak mudah bagi kita untuk dapat menjawab apakah instrumen psikologi digital tersebut dapat menjadi alat ukur atau instrumen untuk menilai psikologi kepribadian seseorang, namun kita bisa melihat dari sisi lain, yakni dengan mengandaikan bahwa memang teknologi digital telah berkembang sedemikian rupa, sehingga pemindaian kepribadian seseorang bisa dilakukan, yang bisa saya bayangkan adalah perangkat ini tidak berdiri sendiri, tetapi digabungkan dengan pencatatan jejak digital seseorang, mulai dari data pribadi, data keluarga, pendidikan dan data kegiatan serta jejak di sosial media seseorang.

Dengan demikian maka kita bisa menduga bahwa metode yang dilakukan lebih merupakan mazhab psoitivis dalam psikologi yang selama ini disebut sebagai “eviden base” psikologi, yang bekerja dengan metode pengamatan dan riset serta dibantu catatan keberadaan dan dan kiprah seseorang. tentang hal ini, saya tetap mengapresiasi setiap upaya dan temuan di bidang ilmu pengetahuan, namun sebagai psikoanalis, saya menyadari betapa subtilnya kepribadian seseorang, ssehingga kita tidak mudah menggambarkan kepribadian seseorang hanya dari perilaku, apalagi jika mengandalkan tampilan fisik.

Kemungkinan cara terbaik adalah dengan menggabungkan apa yang telah ditemukan dalam psikologi digital dengan penggalian melallui sebuah proses antar manusia, yang dalam mazhab Freudian adalah dengan proses analisa, yang tentunya analisa untuk hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi, misalnya dengan keterbatasan waktu, maka diperlukan metode yang lebih terukur dari sisi waktu.

Namun bagaimanapun, di era digital kita tidak bisa apriori dengan temuan di bidang digitak termasuk dalam dunia psikologi, sebagaimana kita juga memanfaatkan temuan digital untuk kesehatan medis. dengan memperhatikan adanya kenyataan bahwa secara psikologis, memalui penerapan psikologi positivis selama ini yang tidak mampu untuk menjadikan hubungan antar umat manusia lebih “sehat” se[erti masih terjadinya konflik antar manusia, bahkjan sampai kejahatan kemanusiaan yang juga tak kunjung bisa diatasi, maka kita bisa menyimpulkan bahwa psikologi manusia memang tidak mudah dipositifkan, dan kini tantangannya mungkinkan kita bisa mendigitalisasi psikologi kepribadian manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *